I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lipid mengacu
pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena
nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam
pelarut nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis
terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen
struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul.
(Deacon J. (2005)
Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai
sinonim dari lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan
turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit
yang mengandung sterol, seperti kolesterol. Meskipun manusia dan mamalia
memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak
dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan.
(H. Alex Brown. (2007)
Kerang adalah
hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak (moluska). Semua kerang-kerangan
memiliki sepasang cangkang (disebut juga cangkok atau katup) yang biasanya
simetri cermin yang terhubung dengan suatu ligamen (jaringan ikat). Pada
kebanyakan kerang terdapat dua otot adduktor yang mengatur buka-tutupnya
cangkang.
(Anonym, 2012)
Kerang tidak
memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki mata. Organ yang
dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat bergerak dengan
"kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang
sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang secara mengejut. Sistem
sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan oksigen
berasal dari darah yang sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang
menyelubungi organ-organnya. Makanan kerang adalah plankton, dengan cara
menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu. Semua kerang
adalah jantan ketika muda. Beberapa akan menjadi betina seiring dengan
kedewasaan.
(Anonym, 2012)
1.2
Tujuan
Menentukan kadar lipid dalam kerang
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lipid
2.1.1
Pengertian Lipid
Lipid adalah senyawa
organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi
endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid
mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain
dalam lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari
dua jenis subsatuan atau "blok bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena.
Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori antara lain asil lemak,
gliserolipid,
gliserofosfolipid,
sfingolipid,
sakarolipid, dan poliketida
(diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid
prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).
(Hunt SM,
Groff JL, Gropper SAS. (1995)
2.1.1
Perbedaan
dengan Lemak
1. Lemak
-
Umumnya diperoleh dari hewan
-
Berwujud padat pada suhu ruang
-
Tersusun dari asam lemak jenuh
2. Lipid
-
Umumnya diperoleh dari tumbuhan
-
Berwujud cair pada suhu ruang
-
Tersusun dari asam lemak tak jenuh (Stryer L, 1996)
2.1.2
Struktur
kimia
1.
Lipid-fat/minyak
disebut trigliserida = triasil gliserol = ester asam lemak atau lemak netral ("true fat") merupakan ester gliserol dengan 3 asam lemak berbeda (R, R', R") jika ketiga asam lemaknya sama (R=R'=R") disebut lipid sederhana (R = asam palmitat "tripalmitoil gliserol = tripalmitin", R = asam stearat "tristeroil gliserol = tristearin")
jika asam lemaknya tidak sama disebut lipid majemuk
asam lemak yang terikat pada gliserol dapat dihidrolisis secara enzimatik (lipase) atau dengan basa panas (saponifikasi)-gliserol dan garam asam lemak (sabun)
disebut trigliserida = triasil gliserol = ester asam lemak atau lemak netral ("true fat") merupakan ester gliserol dengan 3 asam lemak berbeda (R, R', R") jika ketiga asam lemaknya sama (R=R'=R") disebut lipid sederhana (R = asam palmitat "tripalmitoil gliserol = tripalmitin", R = asam stearat "tristeroil gliserol = tristearin")
jika asam lemaknya tidak sama disebut lipid majemuk
asam lemak yang terikat pada gliserol dapat dihidrolisis secara enzimatik (lipase) atau dengan basa panas (saponifikasi)-gliserol dan garam asam lemak (sabun)
(Stryer L, 1996)
2. Gliserofosfolipid atau
Gliserol fosfatida
Struktur umum
dari lipid majemuk (1,2-diasil gliserol). Memiliki gugus
fosfat yang teresterifikasi pada C nomor 3 dari gliserol. Contohnya: fofatidil
kolin (lisitin), spingomielin. (Stryer L, 1996)
2.1.3
Biosintesa
Lipid
Karena irama laju asupan karbohidrat
yang cukup tinggi bagi makhluk hidup, maka asupan tersebut harus segera diolah
oleh tubuh, menjadi energi maupun disimpan sebagai glikogen.
Asupan yang baik terjadi pada saat energi yang terkandung dalam karbohidrat
setara dengan energi yang diperlukan oleh tubuh, dan sangat sulit untuk
menggapai keseimbangan ini. Ketika asupan karbohidrat menjadi berlebih, maka
kelebihan itu akan diubah menjadi lemak. Metabolisme yang terjadi dimulai dari:
Asupan
karbohidrat, antara lain berupa sakarida, fruktosa, galaktosa pada saluran pencernaan diserap masuk ke dalam
sirkulasi darah menjadi glukosa/gula darah. Konsentrasi glukosa
pada plasma darah
diatur oleh tiga hormon,
yaitu glukagon,
insulin
dan adrenalin.
Insulin
akan menaikkan laju sirkulasi glukosa ke seluruh jaringan tubuh. Pada jaringan adiposa, adiposit
akan mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dan gliserol fosfat,
masing-masing dengan bantuan satu molekul ATP. Jaringan adiposit ini yang sering dikonsumsi kita
sebagai lemak.
Glukosa
6-fosfat kemudian dikonversi oleh hati dan jaringan otot menjadi glikogen. Proses ini dikenal sebagai glikogenesis,
dalam kewenangan insulin.
Pada
saat rasio glukosa dalam plasma darah turun, hormon glukagon dan adrenalin akan
dikeluarkan
untuk memulai proses glikogenolisis yang mengubah kembali glikogen
menjadi glukosa. Ketika tubuh memerlukan
energi, glukosa akan dikonversi melalui proses glikolisis
untuk menjadi asam piruvat dan adenosin trifosfat.
Asam
piruvat kemudian dikonversi menjadi asetil-KoA,
kemudian menjadi asam sitrat dan masuk ke dalam siklus asam sitrat. Pada saat otot
berkontraksi, asam piruvat tidak dikonversi menjadi asetil-KoA, melainkan
menjadi asam laktat.
Setelah otot beristirahat, proses glukoneogenesis
akan berlangsung guna mengkonversi asam laktat kembali menjadi asam piruvat.
Sementara itu:
Lemak yang terkandung di dalam
bahan makanan juga dicerna dengan asam empedu
menjadi misel. Misel akan diproses oleh enzim lipase yang
disekresi pankreas
menjadi asam lemak,
gliserol,
kemudian masuk melewati celah membran intestin.
Setelah
melewati dinding usus, asam lemak dan gliserol ditangkap oleh kilomikron dan disimpan di
dalam vesikel.
Pada vesikel ini terjadi reaksi esterifikasi dan konversi
menjadi lipoprotein. Kelebihan
lemak darah, akan disimpan di dalam jaringan adiposa,
sementara yang lain akan terkonversi menjadi trigliserida,
HDL dan LDL. Lemak darah adalah sebuah istilah ambiguitas yang merujuk pada
trigliserida sebagai lemak hasil proses pencernaan, sama seperti penggunaan
istilah gula darah walaupun:
·
Trigliserida
terjadi karena proses ester di dalam vesikel kilomikron
·
Lemak
yang dihasilkan oleh proses pencernaan adalah berbagai macam asam lemak dan
gliserol.
·
Ketika tubuh memerlukan energi, baik
trigliserida, HDL dan LDL akan diurai dalam sitoplasma
melalui proses dehidrogenasi kembali menjadi gliserol dan asam
lemak. Reaksi yang terjadi mirip seperti reaksi redoks atau
reaksi Brønsted–Lowry; asam +
basa --> garam + air; dan kebalikannya garam + air --> asam + basa
·
Proses ini terjadi di dalam hati dan disebut lipolisis. Sejumlah hormon yang
antagonis dengan insulin disekresi pada proses ini menuju ke dalam hati, antara
lain:
·
Lemak di dalam darah yang berlebih akan disimpan
di dalam jaringan adiposa.
·
Lebih lanjut gliserol dikonversi menjadi dihidroksiaketon, kemudian
menjadi dihidroksiaketon
fosfat dan masuk ke dalam proses glikolisis.
·
Sedangkan asam lemak akan dikonversi di dalam mitokondria
dengan proses oksidasi,
dengan bantuan asetil-KoA menjadi adenosin trifosfat, karbondioksida
dan air.
(Stryer L, 1996)
Kejadian
ini melibatkan sintesis asam lemak dari asetil-KoA
dan esterifikasi asam lemak pada saat pembuatan triasilgliserol, suatu proses
yang disebut lipogenesis atau sintesis asam lemak.Asam
lemak dibuat oleh sintasa asam lemak yang
mempolimerisasi dan kemudian mereduksi satuan-satuan asetil-KoA. Rantai asil
pada asam lemak diperluas oleh suatu daur reaksi yang menambahkan gugus asetil,
mereduksinya menjadi alkohol, mendehidrasinya
menjadi gugus alkena
dan kemudian mereduksinya kembali menjadi gugus alkana.
Enzim-enzim biosintesis asam lemak dibagi ke dalam dua gugus, di dalam hewan
dan fungi, semua reaksi sintasa asam lemak ini ditangani oleh protein tunggal
multifungsi,sedangkan di dalam tumbuhan, plastid
dan bakteri memisahkan kinerja enzim tiap-tiap langkah di dalam
lintasannya.Asam lemak dapat diubah menjadi triasilgliserol yang terbungkus di
dalam lipoprotein dan disekresi
dari hati. (Gohil
VM, Greenberg ML. 2009)
Sintesis asam lemak tak jenuh melibatkan reaksi desaturasa, di mana ikatan
ganda diintroduksi ke dalam rantai asil lemak. Misalnya, pada manusia,
desaturasi asam stearat oleh stearoil-KoA
desaturasa-1 menghasilkan asam oleat.
Asam lemak tak jenuh ganda-dua (asam linoleat) juga asam
lemak tak jenuh ganda-tiga (asam linolenat)
tidak dapat disintesis di dalam jaringan mamalia, dan oleh karena itu asam lemak esensial dan harus diperoleh dari
makanan.
Sintesis triasilgliserol terjadi di dalam retikulum endoplasma oleh lintasan
metabolisme di mana gugus asil di dalam asil lemak-KoA dipindahkan ke gugus
hidroksil dari gliserol-3-fosfat dan diasilgliserol. Terpena
dan terpenoid,
termasuk karotenoid,
dibuat oleh perakitan dan modifikasi satuan-satuan isoprena
yang disumbangkan dari prekursor reaktif isopentenil pirofosfat
dan dimetilalil pirofosfat.Prekursor ini dapat dibuat dengan
cara yang berbeda-beda. Pada hewan dan archaea,
lintasan mevalonat
menghasilkan senyawa ini dari asetil-KoA,sedangkan pada tumbuhan dan bakteri lintasan non-mevalonat
menggunakan piruvat dan gliseraldehida
3-fosfat sebagai substratnya.Satu reaksi penting yang menggunakan
donor isoprena aktif ini adalah biosintesis steroid. Di
sini, satuan-satuan isoprena digabungkan untuk membuat skualena
dan kemudian dilipat dan dibentuk menjadi sehimpunan cincin untuk membuat lanosterol.Lanosterol
kemudian dapat diubah menjadi steroid, seperti kolesterol
dan ergosterol. (Gohil VM,
Greenberg ML. 2009)
2.1.4
Sifat
fisika dan kimia
1. Sifat
Fisik
ü
lemak murni tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa.
ü
titik leburnya rendah.
ü
titik leburnya masih terlalu rendah dibandingkan
temperature dimana ia menjadi padat kembali.
2.
Sifat Kimia
ü
Lemak netral tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam prlarut lemak.
ü
Titik lebur lemak dapat dipengaruhi oleh banyak
atau sedikitnya ikatan rangkap dari asam lemak yang menjadi penyusunnya.
(Stryer L, 1996).
2.1.5
Klasifikasi
lipid
Menurut sifat kimia (berdasarkan atas reaksinya dengan basa kuat),lipid dibagi menjadi
2, yaitu :
·
Lipid tersabunkan (hidrolisis dengan
basa)(latin: sapo,
soap=sabun=garam asam lemak).contohnya adalah TAG (triasil gliserol) dan
fosfolipid.
·
Lipid tak
tersabunkan. contohnya: sterol (kolesterol), vitamin yang larut dalam lemak.
Menurut Bloor :
·
Lipid sederhana. contohnya: fat/minyak
(TAG/trigliserida) jika dihidrolisis menghasilkan asam lemak dan gliserol.
·
Lipid kompleks. contohnya:
fosfolipid dan glikolipid.
Fosfolipid + H2O menghasilkan asam lemak + alkohol + asam fosfat + senyawa nitrogen.
Fosfolipid + H2O menghasilkan asam lemak + alkohol + asam fosfat + senyawa nitrogen.
·
Glikolipid + H2O menghasilkan asam lemak + karbohidrat + sfingosin.
·
Lipid turunan adalah
senyawa-senyawa yang dihasilkan bila lipid sederhana dan lipid kompleks
mengalami hidrolisis. Contohnya: asam lemak, gliserol, alkohol padat, aldehid,
keton bodies.
(Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden. 1982)
2.1.6
Fungsi
lipid
·
Sebagai sumber energi
(memiliki kandungan 9 kkal/g)
·
Unsur pembangun membran sel dan bertanggung
jawab untuk lewatnya berbagai bahan yang masuk dan keluar sel.
·
Sebagai pelindung organ-organ
penting, penyekat jaringan tubuh.
·
Menjaga tubuh terhadap
pengaruh luar. misalnya: suhu, luka (infeksi) dan lainnya.
·
Insulator listrik (agar
impuls-impuls syaraf merambat dengan cepat)
·
Membantu melarutkan dan
mentransport senyawa-senyawa tertentu (misal vitamin) dalam aliran darah untuk
keperluan metabolisme. (Kimball,.1983)
2.2
Kerang
Kerang adalah
hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak (moluska). Pengertian kerang
bersifat umum dan tidak memiliki arti secara biologi namun penggunaannya luas dan
dipakai dalam kegiatan ekonomi.
Dalam pengertian
paling luas, kerang berarti semua moluska dengan sepasang cangkang. Dengan
pengertian ini, lebih tepat orang menyebutnya kerang-kerangan dan sepadan
dengan arti clam yang dipakai di Amerika.
Kata kerang dapat
pula berarti semua kerang-kerangan yang hidupnya menempel pada suatu obyek. Ke
dalamnya termasuk jenis-jenis yang dapat dimakan, seperti kerang darah dan
kerang hijau (kupang awung), namun tidak termasuk jenis-jenis yang dapat
dimakan tetapi menggeletak di pasir atau dasar perairan, seperti lokan dan
remis.
Kerang juga
dipakai untuk menyebut berbagai kerang-kerangan yang bercangkang tebal,
berkapur, dengan pola radial pada cangkang yang tegas. Dalam pengertian ini,
kerang hijau tidak termasuk di dalamnya dan lebih tepat disebut kupang.
(Anonym, 2012)
2.2.1
Ciri-ciri umum
a. Semua kerang-kerangan memiliki sepasang
cangkang (disebut juga cangkok atau katup) yang biasanya simetri cermin yang
terhubung dengan suatu ligamen (jaringan ikat). Pada kebanyakan kerang terdapat
dua otot adduktor yang mengatur buka-tutupnya cangkang.
b. Kerang tidak memiliki kepala (juga otak)
dan hanya simping yang memiliki mata. Organ yang dimiliki adalah ginjal,
jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat bergerak dengan "kaki" berupa
semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang sewaktu-waktu atau dengan
membuka-tutup cangkang secara mengejut.
c. Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak
memiliki pembuluh darah. Pasokan oksigen berasal dari darah yang sangat cair
yang kaya nutrisi dan oksigen yang menyelubungi organ-organnya.
d. Makanan kerang adalah plankton, dengan
cara menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu.
e. Semua kerang adalah jantan ketika muda.
Beberapa akan menjadi betina seiring dengan kedewasaan.
(Anonym, 2012)
2.2.2
Klasifikasi
Klasifikasi berikut adalah berdasarkan klasifikasi
yang didasarkan pada morfologi. Hingga sekarang belum tersedia filogeni yang
dapat sepenuhnya dipercaya. Beberapa kelompok diketahui parafiletik, terutama
Anomalodesmata. Terdapat pula sistematika alternatif berdasarkan morfologi
insang dari Franc (1960) dan disebutkan bila perlu pada daftar di bawah. Franc
memisahkan Septibranchia dalam kelompok tersendiri, meskipun secara molekular
malah membuat Eulamellibranchia menjadi parafiletik.
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Mollusca
Kelas :
Bivalvia
(Franc, 1960)
2.2.3
Struktur Tubuh
Jika diamati,
cangkangnya terbagi dalam dua belahan yang diikat oleh ligamen sebagai pengikat
yang kuat dan elastis. Ligamen ini biasanya selalu terbuka, apabila diganggu,
maka akan menutup. Jadi, membuka dan menutupnya cangkang diatur oleh ligamen
yang dibantu oleh dua macam otot, yaitu pada bagian anterior dan posterior.
Tampak garis konsentris yang sejajar, garis ini disebut sebagai garis
pertumbuhan yang menunjukkan masa pertumbuhan lamban atau tidak ada
pertumbuhan. Garis ini berselangseling dengan pita pertumbuhan yang menunjukkan
pertumbuhan cepat. Semakin banyak garis dan pita pertumbuhan, maka makin tua
umur hewan tersebut. Bagian cangkang yang paling tua biasanya paling tebal,
menonjol, letaknya pada bagian persendiaan yang disebut umbo. Pada bagian
posterior cangkang ada dua macam celah yang disebut sifon. Celah yang berada di
dekat anus dinamakan sifon, berfungsi untuk keluar masuknya air dan zatzat
sisa. Sebaliknya sifon masuk terletak di bagian sebelah bawah sifon keluar yang
berfungsi untuk masuknya oksigen, air, dan makanan.
(Franc, 1960)
2.2.4
Daur Hidup
Hewan ini ada yang bersifat hermaprodit dan
kebanyakan hewan ini mempunyai alat kelamin yang terpisah. Pada saat terjadi
perkawinan, alat kelamin jantan akan mengeluarkan sperma ke air dan akan masuk
dalam tubuh hewan betina. Melalui sifon air masuk, sehingga terjadilah
pembuahan. Ovum akan tumbuh dan berkembang yang melekat pada insang dalam ruang
mantel, kemudian akan menetas dan keluarlah larva yang disebut glokidium. Larva
ini akan keluar dari dalam tubuh hewan betina melalui sifon air keluar,
kemudian larva tersebut menempel pada insang atau sirip ikan dan larva tersebut
akan dibungkus oleh lendir dari kulit ikan. Larva ini bersifat sebagai parasit
kurang lebih selama 3 minggu. Setelah tumbuh dewasa, larva akan melepaskan diri
dari insang atau sirip ikan dan akan hidup bebas.
(Franc, 1960)
2.3
Soxhlet
Gambar 1
Soxhlet dan
bagiannya
Soxhlet merupakan
alat yang terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, still pot (wadah
penyuling) bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm
inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling
water in, dan cooling water out. Soxhlet biasa digunakan dalam pengekstrasian
emak pada suatu bahan makanan. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang
digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan
melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang
digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus
mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
(Harper
1979)
Prinsip soxhlet
ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga
terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin
balik. Penetapan kadar lemak dengan metode soxhlet ini dilakukan dengan cara
mengeluarkan lemak dari bahan dengan pelarut anhydrous. Pelarut anhydrous
merupakan pelarut yang benar-benar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya
bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta
keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa digunakan adalah
pelarut hexana.
(Darmasih
1997)
Sampel yang sudah
dihaluskan, ditimbang dan kemudian dibungkus dengan kertas saring atau
ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel), di atas sample ditutup
dengan kapas. Kertas saring ini berfungsi untuk menjaga tidak tercampurnya
bahan dengan pelarut lemak secara langsung. Pelarut dan bahan tidak dibiarkan
tercampur secara langsung agar bahan-bahan lain seperti fosfolipid, sterol,asam
lemak bebas,pigmen karotenoid, klorofil dan lain-lain tidak ikut terekstrak
sebagai lemak. Hal ini dilakukan agar hasil akhir dari penentuan kadar lemak
ini lebih akurat. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu
didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu
diisi dengan pelarut anhydrous.
(Lucas 1949)
Thimble yang sudah
terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Alat ekstraksi soxhlet disambungkan
dengan labu lemak yang telah diisi pelarut lemak dan ditempatkan pada alat
pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet.
Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan.
Penentuan kadar lemak pada bahan tersebut dilakukan selama beberapa jam
tergantung dari jumlah emak yang terkandung dalam bahan. Semakin banyak
kadungan lemak yang terdapat pada bahan, semakin lama proses ekstraksi lemak
dilakukan.
(Darmasih 1997)
Ketika pelarut
dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin
yang dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan uap pelarut sehingga
kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan lemak
dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya
telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari
pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak
kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan
lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan.
(Darmasih 1997)
2.4
N-Heksana
Heksana adalah
sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14
(isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3).
Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana
dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan
tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana
amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert.
Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil.
(Lehninger,1996).
Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak
berwarna yang tidak larut dalam air. Heksana diproduksi oleh kilang-kilang minyak
mentah. Komposisi dari fraksi yang mengandung heksana amat bergantung kepada
sumber minyak, maupun keadaan kilang. Produk industri biasanya memiliki
50%-berat isomer rantai lurus, dan merupakan fraksi yang mendidih pada
65–70 °C.
(Lehninger,1996).
struktur
n- heksana (anonin, 2000)
III.
MATERI DAN METODE
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
No.
|
Nama Alat
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Alat
Soxhlet
|
|
Berfungsi untuk melakukan
ekstraksi pada kerang.
|
2
|
Seperangkat
alat destilasi
|
|
Berfungsi untuk memisahkan
antara pelarut dan minyak, setelah proses ekstraksi
|
3
|
Neraca
|
|
Berfungsi untuk menimbang hasil dan bahan yang akan
atau sudah digunakan
|
4
|
Erlenmeyer
|
|
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan
pengukuran bahan bahan cair yang digunakan
|
5
|
Pipet
tetes
|
|
Berfungsi untuk mengambil
zat cair dengan takaran ml
|
6
|
Pipet
ukur
|
|
Berfungsi untuk mengambil
bahan cair dengan ukuran tertentu
|
7
|
Labu
ukur
|
|
Sebagai tempat pelaru
n-heksana pada saat ekstraksi
|
8
|
Gelas
ukur
|
|
Berfungsi untuk mengukur zat
cair yang di gunakan
|
9
|
Beker
gelas
|
|
Berfungsi
untuk mengukur zat cair yang akan digunakan
|
10
|
Thermometer
|
|
Mengukur suhu wadah dari
labu ukur
|
3.1.2
Bahan
No.
|
Nama Bahan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Kerang
|
|
Sebagai objek
yang akan di ekstraksi untuk pengambilan minyak
|
2
|
n-heksana
|
|
Digunakan
sebagai pelarut pada ekstraksi lipid
|
3
|
Kertas saring
|
|
Digunakan untuk membungkus daing kerang yang akan di ekstraksi, supaya tidak
tercampur ke hasilnya
|
3.2 Cara Kerja
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berat labu ukur = 78.50 gr
Berat batu didih = 0.19 gr
Berat sample (kerang) = 15 gr
Berat n-heksana = 150 gr
Setelah ekstraksi diperoleh :
Berat Gelas beaker kosong = 71.0 gr
Berat gelas beaker terisi = 78.0 gr
Berat lipid =
berat gelas terisi - berat gelas kosong
=
78.0 – 71.0
=
7.0 gr
4.2 Pembahasan
Setelah
sampel dihaluskan, ditimbang, dibungkus dengan kertas saring dan diasukkan
kedalam alat sokhlet yang telah siap dirangkai, pelarut n-heksana dimasukkan
kedalam labu sokhlet sebanyak 150 ml. Labu sokhlet dapat
disebut juga labu lemak yang digunakan sebagai tempat pelarut yang akan
diuapkan. Di dalam percobaan ini pelarut yang digunakan adalah n-heksana karena
sampel yang digunakan bersifat non polar, maka palarut yang digunakan juga
harus bersifat non polar seperti n-heksana sebagai salah satu contohnya atau
dapat juga digunakan pelarut semi-polar. Pelarut atau senyawa non polar tidak
bersifat elektronegatif. Semakin panjang rantai C, maka akan semakin bersifat
non polar dan semakin sukar larut dalam air. Unsur-unsur yang memiliki
keelektronegativitas yang tinggi adalah golongan VII dan VI A. Pelarut
n-heksana juga bersifat mudah menguap pada suhu 70 - 80oC dan dapat menarik lemak yang ada pada sampel.
Pada saat
n-heksana 150 ml telah dimasukkan ke dalam alat
sokhlet, kemudian dipanaskan dengan temperature yang tidak boleh terlalu tinggi
karena n- heksana akan mudah menguap pada suhu dibawah 80oC. Pada perangkaian alat soxhlet juga
dilengkapi dengan pendingin (berupa air) yang dihubungkan pada soxlet dengan
tujuan agar pelarut tidak menguap keatas dan terjadi kebakaran.
Pada proses
persiapan sampel, kerang
dipisahkan dari cangkangnya dan kemudian di keringkan dan memotong atau
memblender agar berbentuk kecil atau halus, hal ini dilakukan untuk mempermudah
dalam ekstraksi, dan nantinya kadar minyak yang terambil dapat lebih banyak.
Ekstraksi
merupakan teknik pemisahan yang sangat sering dilakukan di laboratorium kimia
organic. Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai metode pemisahan komponen dari
suatu campuran dengan menggunakan pelarut berdasarkan beda kelarutan antara zat
satu dan yang lainnya. Ekstraksi dingin dapat dilakukan dengan maserasi (
perendaman ) dan enfleurasi. Sedangkan ekstraksi panas dilakukan dengan
pemisahan mengguanakan alat ( metode sokhletasi ). Pelarut yang digunakan
sedikit dan keefisienan dari pelarut tersebut tinggi. Yang menjadi
kekurangan dalam metode ini adalah tidak dapat digunakan pada senyawa yang
titik didihnya rendah.
Sokhletasi merupakan proses pemisahan ( ekstrak padatan ) suatu bahan alam
dengan palarut organic yang menggunakan alat sokhlet. Pada umumnya metode ini
digunakan untuk memisahkan lemak dan minyak. Pada tahapan prosesnya, teknik
sokhletasi ini hamper sama dengan partisi cair-cair, namun yang membedakannya
adalah cara pemisahannya. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak lemak
dengan menggunakan pelarut organic. Setalah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat
ditimbang dengan dihitung presentase kadar sampelnya. Proses pemisahan dengan
metode ini memiliki kelebihan, yaitu pelarut yang digunakan masih utuh, dapat digunakan
untuk pemisahan bahan lain.
Pada hasil yang didapat, kandungan minyak yang dihasilkan lumayan banyak
sepertinya itu masih ada kandungan n-heksana didalamnya karna seharusnya minyak
yang didapat tidak sebanyak itu. Hal ini kemungkinan terjadin karena
belum selesainya proses destilasi, dan kandungan minyak yang diambil masih
tercampur dengan pelarut yang belum terdestilasi sempurna
V.
KESIMPULAN
Lipid adalah senyawa
organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi
endotermal rangkaian hidrokarbon.
Ekstraksi
dapat didefinisikan sebagai metode pemisahan komponen dari suatu campuran
dengan menggunakan pelarut berdasarkan beda kelarutan antara zat satu dan yang
lainnya.
Sokhletasi
merupakan proses pemisahan ( ekstrak padatan ) suatu bahan alam dengan palarut
organic yang menggunakan alat sokhlet, yang pada umumnya untuk memisahkan lemak dan minyak.
Digunakan n-heksana sebagai pelarut adalah
karena n-heksana merupakan pelarut yang dapat mengikat lipid dan tidak bereaksi
dengan sampel.
Kelebihan
dari metode sokhletasi adalah pelarut masih utuh, masih dapat digunakan untuk
ekstraksi bahan yang lain, dan dapat melarutkan bahan yang lebih banyak karena
adanya pemanasan.
Akibat
proses destilasi yang belum sempurna, akibatnya kandungan n-heksana masih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Darmasih.
1997. Prinsip Soxhlet.
peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf. [28 Maret 2010]
Deacon J. (2005). Fungal
Biology. Cambridge, MA: Blackwell Publishers. hlm. 342. ISBN 1-4051-3066-0
Fessenden, Ralph J dan Joan
S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Franc, A. (1960): Classe de Bivalves. In: Grassé,
Pierre-Paul: Traite de Zoologie 5/II
H. Alex Brown. (2007). Lipodomics
and Bioactive Lipids: Mass Spectrometry Based Lipid Analysis, Volume 432
(Methods in Enzymology). Boston: Academic Press. ISBN 0123738954
Harper, V. W
Rodwell, P. A Mayes. 1979. Biokimia. Jakarta: Penerbit EGC.
Hunt SM, Groff JL, Gropper SAS. (1995).
Advanced Nutrition and Human Metabolism. Belmont, CA: West Pub. Co.
hlm. 98. ISBN 0-314-04467-1
Idun
Kistinnah, Endang Sri Lestari] (2009). Biologi 1 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-129-3 (no.
jilid lengkap) / ISBN 978-979-068-131-6.
Kimball, John.W.1983. Biologi
Jilid I Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta
Lucas,
Howard J, David Pressman. 1949. Principles
and Practice In Organic Chemistry. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Stryer L, 1996, Biokimia,
Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar